Sebenarnya sudah beberapa lama saya mencari yang cocok, baik cocok untuk saya maupun cocok dalam arti mendapat aplikasi yang “pas”. Screenshoter pada prinsipnya menangkap gambar (still image, citra yang diam) sedangkan tipe screencaster menangkap video (motion image). Entahlah, yang benar itu “image” (citra) ataukah “picture” (gambar).
Pertama, sebaiknya kenali diri lebih dulu. Lhooo… koq?
Walaupun ada situasi tertentu yang jelas-jelas hanya cocok untuk salah satu jenis di atas tadi, tapi dalam mayoritas pekerjaan kemungkinan cenderung ke salah satu jenis.
Maksudnya begini: bila “pekerjaan” yang ingin dilakukan adalah menulis artikel atau buku, atau jurnal atau apa saja yang sifatnya dokumen tertulis, maka jelas 99% anda butuh screenshoter. Mana ada membuat buku lalu ilustrasinya malah video? Lalu di lain pihak, sekali atau dua kali anda mungkin diminta mengisi seminar; nah mungkin anda butuh screencaster untuk menampilkan video demo produk atau apalah yang lain.
Ini masih terkait terus; suka yang mana? Menulis dokumen (buku, artikel atau semacamnya) atau membuat video? Tentu saja karena tutorial pun sekarang lumayan banyak yang berwujud video. Kesukaan ini akan mempengaruhi jenis pilihan anda. Ketika anda “diwajibkan” atasan untuk, misalnya, membuat video demo produk X, atau video tutorial pemakaian XXX maka jelas, dari namanya saja sudah mengandung “video” –anda perlu screencaster. Jadi? Baca lebih lanjut →